Slawi Ayu - Hujan deras yang mengguyur Kota Slawi pada Jumat malam, 17 Januari 2025, pukul 21.00 WIB, menjadi mimpi buruk bagi sebagian warga. Beberapa wilayah di kota ini mendadak berubah menjadi kolam besar akibat tingginya intensitas hujan yang terjadi selama lebih dari tiga jam. Lalu, apa yang sebenarnya terjadi?
Hujan dengan intensitas sedang hingga lebat mengguyur wilayah Kabupaten Tegal sejak pukul 18.00 hingga 22.00 WIB. Kondisi ini menyebabkan limpasan air dari sejumlah sungai di kawasan tersebut. Genangan mulai memasuki wilayah permukiman sejak pukul 19.00 WIB dan terus berlangsung hingga Sabtu, 18 Januari 2025, pukul 02.00 WIB. Kecamatan yang terdampak antara lain Slawi, Adiwerna, Dukuhturi, Warureja, dan Suradadi. Tim Reaksi Cepat Penanggulangan Bencana (TRC-PB) BPBD Kabupaten Tegal, relawan, dan Forkopimcam setempat bergerak cepat untuk melakukan penanganan awal. Hingga laporan terakhir pada Sabtu pukul 02.30 WIB, tidak terdapat korban jiwa, sementara kerugian material masih dalam proses pendataan.
Di Kecamatan Slawi, genangan mulai terlihat di Desa Slawi Kulon, Desa Dukuhwringin, dan Desa Kalisapu sejak pukul 19.00 WIB. Ketinggian air mencapai 40-50 cm di beberapa lokasi. Sebanyak 7 rumah di RT 1 RW 2 Desa Slawi Kulon dan 20 rumah di RT 4 RW 3 Desa Dukuhwringin dilaporkan terdampak.
Air mulai menunjukkan tren surut sekitar pukul 23.30 WIB. Foto dan video yang dibagikan secara daring juga menunjukkan genangan yang cukup parah di beberapa titik, termasuk jalan utama yang menyulitkan pengendara.
Sementara itu, Kecamatan Adiwerna menjadi salah satu wilayah dengan dampak banjir terparah. Genangan air mencapai ketinggian 80 cm di beberapa titik di Desa Tembok Benjaran, menyebabkan sebanyak 318 kepala keluarga (KK) di RW 1 dan RW 2 terdampak. Desa lain seperti Kaliwadas dan Tembok Kidul juga mengalami kondisi serupa dengan genangan air yang cukup mengganggu aktivitas warga. Sejumlah warga terlihat sibuk memindahkan barang-barang berharga mereka ke tempat yang lebih aman, khawatir air akan semakin naik.
Kondisi di Kecamatan Dukuhturi tidak jauh berbeda. Limpasan air dari Kaliwadas mengakibatkan Pasar Kupu tergenang, yang berdampak pada arus lalu lintas di kawasan tersebut. Petugas di lapangan segera melakukan pengaturan lalu lintas untuk mencegah kemacetan yang lebih parah. Di Desa Sidakaton, sekitar 25 rumah warga di RW 3 RT 2-5 tergenang dengan ketinggian air bervariasi antara 20 hingga 50 cm.
Di Kecamatan Warureja, genangan melanda Desa Kendayakan dan Sidaharja pada pukul 01.30 WIB. Warga di Dukuh Sukalila, Desa Kendayakan, diminta tetap waspada karena tren air yang terus meningkat. Kecamatan Suradadi juga mengalami kondisi serupa, dengan genangan air mencapai 30 cm di Desa Sidaharja. Sejumlah warga bahkan memasang penutup aliran air untuk mencegah genangan masuk ke dalam rumah.
Selain itu, pantauan di Alun-Alun Hanggawana Slawi menunjukkan adanya aliran air deras di jalan raya. Meskipun demikian, genangan di area ini tidak terlalu parah dan cenderung surut dengan cepat berkat sistem drainase yang cukup baik. Namun, kondisi ini tetap memicu kekhawatiran warga akan potensi hujan susulan.
Menurut Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Tegal, hujan deras ini disebabkan oleh fenomena cuaca ekstrem yang melanda sebagian besar wilayah Jawa Tengah.
Masalah klasik yang terus berulang dalam kondisi seperti ini yakni saluran air yang tersumbat akibat sampah.
“Sampah yang menumpuk di drainase menjadi salah satu penyebab utama genangan air. Kesadaran masyarakat untuk tidak membuang sampah sembarangan harus terus ditingkatkan,” kata BPBD Tegal.
Hingga berita ini diturunkan, hujan mulai mereda, tetapi kewaspadaan tetap diperlukan. Fenomena ini kembali menjadi pengingat pentingnya perencanaan kota yang tanggap terhadap bencana. Sistem drainase yang baik dan kesadaran masyarakat terhadap kebersihan lingkungan menjadi kunci untuk mengurangi risiko banjir di masa depan.
(slawiayu/samsul)Desa : Dukuhwringin, Kecamatan : Slawi, Kab. Tegal